Senin, 29 November 2010

Afirmasi Untuk Sebuah Demokrasi

P
emilu, sekarang masyarakat dihadapkan pada berbagai situasi yang nyata di Negeri ini. Masih segar di ingatan kita janji dan impian yang dilontarkan oleh mereka para calon wakil kita yang akan duduk mewakili kita di parlemen sana. Seiring itu pula bermunculan parpol-parpol yang menjadi kendaraan politik bak jamur di musim hujan yang tentunya tak lepas dari janji dan harapan membawa suatu perubahan untuk kesejahteraan. Sah-sah saja, setiap orang mempunyai kesempatan yang sama dalam meyampaikan aspirasi dan pendapat, melalui media partai politik adalah cara yang tepat bagi setiap orang untuk terjun dalam dunia yang tentunya syarat dengan trik tersebut. Tak sekedar modal populis, masyarakat membutuhkan figur yang mengakar dan amanah tentunya, sehingga menjadi Pe Er bagi kita semua guna menciptakan manusia yang cerdas sehingga menghasilkan pemimpin yang berkualitas.
Apa yang membuat seseorang begitu berani mengambil keputusan untuk terlibat dalam politik praktis……?
Social capital vs financial capital
Modal sosial dapat diartikan sebagai (resource) yang timbul dari adanya interaksi antara orang-orang dalam suatu komunitas, adanya komunikasi yang terjadi dengan berbagai alasan yang pada dasarnya dipengaruhi oleh keinginan dengan berbagai cara mencapai tujuan bersama yang tidak jarang berbeda dengan tujuan dirinya sendiri secara pribadi.
Modal sosial bersifat komulatif dan bertambah dengan sendirinya karena modal sosial tidak akan habis digunakan dan akan meningkat dengan sendirinya. Modal sosial juga menunjuk pada kemampuan orang dalam berasosiasi dengan orang lain dengan bersandar pada nilai-nilai dan norma-orma akan terciptanya kepercayaan.
Sedang financial capital atau modal financial menurut para ekonom dapat diartikan sebagai sejumlah uang yang dapat digunakan untuk membeli fasilitas atau alat-alat produksi atau sejumlah uang sebagai investasi untuk masa akan datang.
Sebagai individu yang lahir dalam sutu komunitas, seseorang yang berani untuk megambil keputusan dalam mengemban kepentingan suatu golongan tersebut, tidaklah mudah. Betapa tidak, walau didukung kekuatan uang yang cukup besar, tetapi tanpa didukung adanya kekuatan sosial, seseorang yang terjun dalam dunia politik tak lebih dari sekedar politik pragmatis semata. Hal seperti ini tak ayal menciptakan kekurang-percayaan masyarakat terhadap orang atau figur yang muncul sebagai calon pengemban amanat masyarakat atau calon legislatif sehingga tak jarang ada yang memilih untuk Golput. Yang terpenting disini adalah bagaimana menciptakan trust.
Perbedaan dan tujuan
Pada hakekatnya, sebagai mahluk sosial kita tentunya memiliki tujuan-tujuan hidup yang keseluruhannya tak lepas dari dukungan satu sama lain. Baik yang bersifat prinsipil sekaligus. Perbedaan juga kita jadikan tantangan untuk bagaimana bisa saling hidup bergantung satu sama lain, sebagai mahluk yang unik tentunya dan guna tujuan bersama pada akhirnya.
kesemuanya itu hanyalah tataran konsep, pada prakteknya, kadangkala perbedaan sering dijadikan satu hal yang sangat prinspil untuk diperdebatkan. Situsasi seperti ini sering kita jumpai pada saat jelang Pemilu. Figur-figur yang muncul di masyarakat selalu berupaya untuk tetap bisa eksis (istilah anak muda sekarang katanya…….) sehingga tak ayal dalam kampanye politiknya sering menghembuskan isu premodialisme (kesukuan), fundamentalisme, dan banyak hal lain lagi sehingga menjadikan potensi terjadinya konflik di masyarakat kita yang notabene adalah masyarakat yang kompleks.
Kesimpulannya adalah bahwa higt cost ditambah konsep (pengetahuan) ditambah trust sama dengan Caleg, artinya untuk menjadi seorang calon legislatif selain didukung kekuatan modal financial yang kuat juga harus didukung konsep pengetahuan yang luas dan yang paling penting adalah bagaimana menciptakan kepercayaan di masyarakat agar siap terjun dalam praktek politik praktis, sehingga tidak sekedar politik pragmatis yang istilah jaman sekarang cuma numpang makan doank…….!!!!!
Bicara tentang kapabilitas, tentu tidak lepas dari kualitas. Adalah hal yang menjadi suatu keharusan bagi seorang intelektual yaitu kesesuaian antara bagaimana dia bersikap dan bagiamana dia bertindak. Bicara tentang sikap, saya membagi beberapa tipologi wakil rakyat, yaitu :
1. Idealis
Adalah suatu sikap apa yang seharusnya dilaksanakan. Artinya meletakaan suatu keadaan yang semestinya. Tak jarang mereka yang berpikiran seperti ini selalu berbenturan dengan keadaan atau orang-orang disekelilingnya sehingga tak ayal dia harus menjadi minoritas, bahkan harus mendapatkan konsekuansi dari sikap idealisnya itu. Sangat jarang kita dapatkan figur seperti ini di parlemen sana.
2. Oppurtunis
(orang yang menggunakan kesempatan). Kondisi ini sering terjadi ketika kita dihadapakan pada suatu pilihan. Tak heran banyak yang terpaksa menggadaikan idealisme hanya karena adanya “kesempatan”. Kapan lagi kalau bukan sekarang, toh selagi kita menikmati apa yang kita punya. Sayang hanya demi perut, idealisme harus mengkerut.
3. Pemanis
Ini mungkin konsekuansi yang harus ditanggung jika mereka hanya bermodal populis. Janji dan mimpi yang ditebar sewaktu kampanye hanya sekedar angin segar semata ketika dia mulai duduk di kursi wakil rakyat (DPR). Tak banyak mungkin yang bisa dilakukan, datang, duduk, diam dan dengar mungkin itu dilaksanakan demi eksistensinya sebagai anggota legislatif, bahkan ada juga yang datang ke kantor atau ikut rapat hanya sebulan sekali atau hanya saat-saat tertentu saja. Sebanding gak ya, jika kita melihat kebawah begitu susahnya orang-orang bekerja keras demi mengais nafkah untuk sesuap nasi hari ini….., jika kita melihat gaji yang diperoleh sebagai anggota parlemen.
4. Sadis
Ini merupakan tipe yang ekstrim diantara tipe-tipe diatas. Kenapa tidak, terungkapnya berbagai skandal korupsi di kalangan anggota DPR sangat mencengangkan. Jika kita cermati, apakah gaji yang mereka dapat sebagai anggota DPR belum cukup membuat mereka puas dan makmur sampai harus mengeruk lagi uang rakyat…???

Dari beberapa tipe diatas tentu kita bisa melihat dan menilai kualitas dan kapabilitas para wakil rakyat kita………So cermati sebelum membeli…….!!!!!!!!!!!!!!!!

mmpi dan kegagalan

gagal...
kata yg sering qt dengar, hmpir semua org pernah melewati kegagalan. pahit, perih, kecewa, bahkan amarah bsa terasa jika dihadapi dengan kenyataan pada kegagalan.
mimpi yg ingin raih jika dalam perjalannnya kita jatuh "gagal", bukan akhir dari segala. qt berhak mengejar mimpi itu lagi. walau pun dlam perjalanan mimpi itu banyak "celah" untuk mewujudkannya hingga org lain datang untuk membantu mewujudkan mimpi itu dengan jalan pintas, serasa gak ada nilai history dari sebuah mimpi qt nantinya. beruntung jika berhasil gmn kalau sebaliknya (gagal........!)
tentunya ada hikmah dibalik itu, menuntut kedewasaan kita untuk lebih positif menerima kenytaan bahwa kita telah gagal dan yg semestinya kita lakukan adalah mengambil hikmah dari kegagalan tersebut, terus berjuang, bangkit jangan menyerah. saya jadi ingat kata temen saya
"kemenangan kita yg paling besar bukanlah karena kita tdk pernah jatuh melainkann krn kita bangkit setiap kali jatuhh.."
hmm..patut untuk dijadikan afirmasi positif untuk mencapai titik kedewasaan.

sekedar closing statement dari saya :
satu hal yang penting dr hdup ini
jgan pernah percaya apda siapapun itu bahkan orang terdekat sekalipun, apalagi datang dengan sebuah mimpi. padahal jk qt sadari mimpi itu ada di diri kita & kita berhak mewujudkan itu bukan org lain tapi kita, saya, aku BUKAN MEREKA, DIA, ATAUPUN YG LAINNYA.

salam blogger